"Ketika saya mendekati Kabah saya merasa kaki saya gemetar. Mereka tidak bisa membawa saya dan saya hampir pingsan. Saya mulai menangis terkagum-kagum dengan kesucian tempat ini," tutur Maria Luiz Calvo.
Maria Luiz Calvo mengaku sangat bahagia bisa menunaikan ibadah haji di
Tanah Suci. Sebab, perempuan asal Kuba itu bisa menjalankan rukun Islam
kelima ini saat baru saja menjadi mualaf. Perempuan berusia setengah
abad ini mengucap Syahadat tujuh bulan yang lalu.
"Saya mewakili jamaah haji Kuba. Saya merupakan satu di antara jamaah
yang datang dari Republik Kuba tahun ini," ujar Liva dikutipDream dari Saudi Gazette, Rabu 8 Oktober 2014.
Bersama jamaah haji lain dari Kuba, perempuan yang berprofesi sebagai
guru ini mengaku harus menempuh perjalanan selama berjam-jam untuk
sampai ke Saudi. Mereka memerlukan waktu 12 jam untuk terbang dari
Havana ke Moskow dan kemudian lebih dari tujuh jam untuk mencapai Dubai.
Dari Dubai menuju Jeddah menghabiskan waktu lebih dari dua setengah jam.
"Saya juga menghabiskan waktu berjam-jam untuk transit di bandara,"
tambah dia. Saat tiba di Tanah Suci, Liva dan jamaah aal Kuba tergabung
dalam kamp nomor 27 di Mina.
Liva mengatakan, saat sopir mengantarnya ke Masjidil Haram, jantungnya
berdegup kencang. "Ketika saya mendekati Kabah saya merasa kaki saya
gemetar. Mereka tidak bisa membawa saya dan saya hampir pingsan. Saya
mulai menangis terkagum-kagum dengan kesucian tempat ini," tutur dia.
Perempuan yang bisa berbicara dalam tujuh bahasa ini mengaku tak bisa
menghentikan air matanya selama menjalankan ritual haji. Meski berada di
kerumunan peziarah, baik di Masjidil Haram maupun melempar jumrah, dia
merasa sendirian bersama Tuhan. "Keramaian tidak mengganggu saya.
Sepanjang waktu saya selalu bersama Tuhan," kata dia.
Liva mengaku tak hanya berdoa untuk dirinya saja. Dia bahkan menyelipkan doa untuk keselamatan rakyat Palestina. "Saya selalu berdoa kepada Allah untuk menyelamatkan saudara-saudara saya di Gaza dari Israel," tutur Liva.
No comments:
Post a Comment