Thursday, September 13, 2012

Istri Rasullullah


SITI KHAFSAH


 
Khafshah binti Umar bin khattab RA dilahirkan Lima tahun sebelum kenabian. Ibunya adalah Zaynab binti Maz'un RA, saudara perempuan dari Utsman bin Maz'un. Mengenai kelahiran Khafshah RA, Umar bin Khattab RA pernah berkata: "Khafsah dilahirkan pada saat qaum Qurays membangun (memperbaiki) Baytulloh Ka'bah. Lima tahun sebelum Muhammad SAW di utus sebagai Rasululloh". Suami pertama Khafshah RA adalah seorang sahabat mulia bernama Khunays bin Khudzafah bin Qays bin Sahmi Al-Quraysy, yang pernah berhijrah sebanyak dua kali, Habasyah dan Yatsrib (Madinah), ikut perang Badar dan perang Uhud. Ia wafat di Madinah karena sakit yang di alami saat terluka ketika perang uhud. Pada saat itu usia khafshah RA baru 18 Tahun. Sepeninggal suaminya, Khafshah RA melalui hari-harinya dengan penuh kesedihan dan air mata. Hal ini membuat ayahnya, Umar bin Khattab RA tidak tega dan akhirnya berusaha menghilangkan kesedihan yang dialami putrinya itu dengan mencari pengganti suaminya. Diriwayatkan, Umar bin Khattab RA menemui Sahabat karibnya, Abu Bakar As-Shiddiq RA, menawarkan Khafshah, dengan tujuan semoga Abu Bakar RA yang berhati lembut dan bijaksana dapat membimbing putrinya yang berpendirian tegas dan keras. Namun Abu Bakar RA hanya diam saja. Kemudian Umar bin Khattab RA pun mendatangi Utsman bin Affan RA dengan keyakinan Utsman akan menerima tawaran untuk menikah dengan putrinya, Khafshah. Karena pada saat itu Utsman bin Affan RA pun sedang kehilangan istri yang amat dicintainya, yaitu Putri Rasululloh SAW yang bernama Siti Ruqayyah RA. Namun setelah mengutarakan maksudnya, Umar bin Khattab RA mendapat jawaban yang membuatnya kecewa, Utsman bin Affan RA berkata; "Mohon maafmu wahai saudaraku, aku belum berniyat untuk menikah lagi". Akhirnya dengan kekecawaan yang mendalam, Umar bin Khattab RA mendatangi Rasululloh SAW dan menceritakan pertemuannya dengan Abu Bakar RA dan Utsman bin Affan RA. Mendengar hal itu Rasululloh SAW tersenyum dan berkata; "Wahai Umar, Khafshah akan menikah dengan seorang yang lebih baik dari Abu Bakar dan Utsman, sedangkan Utsman akan menikah dengan wanita yang lebih baik dari Khafshah". Mendengar hal itu, alangkah senang dan bahagianya hati Umar bin Khattab RA, dan ia pun langsung memberitahukan sahabat-sahabatnya mengenai ucapan Rasululloh SAW tersebut, dan orang yang pertama di beritahu mengenai khabar abhagia itu adalah shabat karibnya, Abu Bakar RA. Mendengar penuturan Umar, Abu bakar pun berkata; "Wahai sahabatku, aku pernah mendengar Rasululloh SAW menyebut nama Khafshah, seandainya Rasul tidak bermaksud kepadanya, niscaya aku lah yang akan menikahi Khafshah".
     Siti Khafshah RA kemudian dinikahi oleh Rasululloh SAWpada Bulan sya'ban, Tahun ke Tiga Hijriyah, beberapa bulan setelah menikahnya Utsman bin Affan RA yang kedua dengan putri Rasululloh SAW, Ummi Kultsum RA yang menikah pada bulan Jumaditsani. Siti Khafshah RA kemudian tinggal di rumah Rasululloh SAW, dan menempati kamar yang bersebelahan dengan kamar Siti 'Aisyah RA.        

B. Keistimewaan Siti Khafshah binti Umar RA 
1) Sosok Wanita yang selalu ingin terlihat sempurna di mata suaminya.  
           Siti Khafshah RA di kenal istri Rasululloh SAW yang paling berani bersaing dengan Siti 'Aisyah RA untuk mendapatkan posisi nomor satu dihadapan Rasululloh SAW. Ia merasa mampu untuk bersaing dengan Siti Aisyah RA, karena ia adalah seorang wanita muda yang cantik, bertaqwa dan disegani. Ayahnya pun sosok yang sangat disegani oleh kaum muslimn. Persaingan yang dilakukannya merupakan persaingan yang sehat di dalam rumah tangga, yang hanya bertujuan untuk mendapatkan cinta Rasululloh SAW, sehingga walaupun Siti 'Aisyah RA pernah berkata tentang Siti Khafshah RA; "Dialah salah seorang istri Nabi yang sering bersaing denganku". Bahkan dalam kesempatan lain Siti Aisyah RA pernah berkata dengan nada cemburu; "Dialah seorang istri Nabi yang merasa lebih tinggi dariku". Namun Siti Khafshah RA juga dikenal sebgai istri yang paling akrab dengan Siti 'Aisyah RA. Hal ini terlihat dari saling mengutarakan perasaan hati masing-masing tentang Rasululloh SAW. Bahkan menurut para Ulama Tarikh, hanya Siti Khafshahlah yang hendak mengikuti Siti 'Aisyah RA untuk memimpin pasukan menghadap Khalifah Aly bin Abi Thalib RA pada peristiwa Perang Jamal, namun karena nasihat saudara kandungnya, Abdulloh bin Umar RA, agar ia tidak ikut terlibat dalam fitnah yang menimpa kaum Muslimin pada waktu itu, akhirnya Siti Khafshah RA pun mengurungkan niatnya.
      Ia juga dikenal sebagai istri Rasululloh SAW yang Faqih dan Ahli tafsir Al-Qur,an. dan karena kepandaiannya serta selalu ingin sempurna dihadapan Rasul inilah, ia tidak jarang mengkritisi Rasululloh SAW jika tidak terdapat hal yang tidak berkenan dihatinya.

2) Kuat Pendirian, Tegas, dan Pemberani       
          Siti Khafshah RA memiliki sifat dan karakter seperti ayahandanya, Umar bin Khattab RA. a tidak segan mengungkapkan kebenaran yang difahami dan diyakininya kepada siapapun, termasuk kepada Rasululloh SAW. Sebagaimana diriwayatkan, suatu ketika Rasululloh SAW bercerita kepada Siti Khafshah RA tentang para sahabat yang membay'atnya ketika "Bay'atur-ridhwan" . Rasul bersabda; "Tidak akan masuk neraka, insya Alloh, para sahabat yang memberkan Bay'at Ridwan". Siti Khafshah bekata; "Begitukah wahai Rasululloh?", lalu Khafshah melanjutkannya dengan firman Alloh SWT; "Dan tidak ada seorangpun dari kalian, melainkan ia mendatangi Neraka itu. Hal itu adalah kepastian yang sudah ditetapkan". (QS. Maryam, ayat 91). Maka Rasul pun menjawab dengan firman Alloh juga; "Kemudian, Kami akan menyelamatkan orang yang bertaqwa dan membiarkan orang-orang yang dzalim di neraka dalam keadaan berlutut". (QS. Maryam ayat 72). Begitu juga ketika Rasululloh SAW menggauli Milkul-yaminnya, Mariah Al-Qibthiyyah RA, di kamar Khafsha RA, yang kemudian diketahui Siti Khafshah RA. Maka Khafshah pun langsung berkata dengan berlinang air mata "Ya Rasulualloh, mengapa harus di kamar saya, bukan di kamar istri-istrimu yang lain?". Kemudian Rasul pun menghibur dan membujuknya, seraya berkata; "Wahai Khafshah, mulai saat ini, haram bagiku menyentuhnya (Mariyah), dan jangan engkau beritahukan kepada siapapun bahwa Ummu Ibrahim (Julukan Mariyah) haram bagiku untuk menyentuhnya kembali". Dan Khafshah pun ridho akan ucapan Rasul dan melewati malam dengan penuh kebahagiaan. Lalu turunlah Wahyu Alloh SWT QS. At-Tahrim ayat 1: "Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Alloh bagimu. Engkau ingin menyenangkan istri-istrimu. Dan Alloh Maha Pengasih lagi Maha Penyayang".    

‎3) Istri Rasul yang Showwamah dan Qowwamah, mendapat jaminan Surga dari Alloh SWT
          Ketika dengan penuh kebanggaan dan kebahagiaan, Siti Khafshah RA menceritakan perihal janji Rasululloh SAW kepada Siti Aisyah RA. hingga turun wayu Alloh berupa ayat ke dua dari QS. At-Tahrim, yang menghalalkan kembali Mariyah bagi Rasululloh SAW dan berupa teguran kepada siti Khafshah RA yang menbocorkan rahasia. Dan rasul pun men-thalaq Siti Khafshah dengan Satu kali Thalaq. Maka hari-hari yang di lalui Siti hafshah penuh dengan penyesalan dan kesedihan, serta berjanji untuk selalu memegang janji selamanya.
Kemudian Rasululloh SAW datang menemuinya dan berkata; "Wahai Khafshah, Jibril berkata kepadaku, menyampaikan pesan dari Alloh SWT; "Rujuklah dengan Khafshah. Dia selalu berpuasa (Showwamah) dan melakukan sholat malam (Qawwamah), dan sesungguhnya dia adalah istrimu di syurga". Kemudian Rasul dan Siti Khafshah pun kembali bersama, sampai wafatnya Rasululloh SAW.
Keistimewaan selalu berpuasa sunat dan mendawamkan sholat malam ini pun selalu dilakukan Siti Khafshah RA sampai akhir hidupnya. Imam Nafi' berkata; "Khafshah RA wafat sebelum ia sempat berbuka". 

C. Wafatnya Siti Khafshah RA
          Sepeninggal Rasululloh SAW mengisi hidupnya sebagai wanita yang Ahli ibadah dan sangat ta'at kepada Alloh SWT.
Ketika ayahandanya, Khalifah Umar bin Khattab RA wafat pada bulan Dzul-Hijjah Tahun ke-13 H, Siti Khafshah RA dipercaya untuk menjaga Mushaf Al-Qur,an yang telah di susun rapi. Dan Mushaf Al-Qur,an tersebut dijaganya sampai terpilih dan di bay'atnya Khalifah Utsman bin Affan RA.
     Mengenai Wafatnya Siti Khafshah RA, Muhammad bin Umar RA berkata; "Khafshah RA wafat pada Bulan Sya'ban Tahun 45 Hijriyah pada masa pemerintahan Mu'awiyyah bin Abi Sufyan, di Damasyqus. Pada saat itu Khafshah RA berusia 60 Tahun".
Abu maqburi RahimahuLLOHU berkata; "Aku melihat Gubernur Madinah saat itu, Marwan, berada di antara Abu Hurayroh RA dan Abu Sa'iyd Al-Khudzriy RA di barisan paling depan Sholat Janazah untuk Siti Khafshah RA. Aku menyaksikan Marwan ikut mengangkat kaki tempat tidur Hafshah RA dari rumah Bani Hazm ke rumah Mughirah RA. Dan Abu Hurayroh RA membawanya dari rumah Mughiroh bin Syu'bah RA ke pemakamannya".
Nafi' Rhm berkata; "Abdulloh dan Ashim, putra-putra Umar RA, turun ke liang Lahat Siti Khafshah RA, begitu juga dengan Salim, Abdulloh, dan Hamzah, Putra-putra dari Abdulloh bin Umar RA".
Penduduk Madinah mengantarkan Janazahnya ke tempat peraduan terakhirnya di Pemaqaman Baqi' di samping Ummahatul-Mu,miniyn lainnya. Radliya Allohu 'anhum wa Radluw 'anhu. Amiyn.....

No comments:

Post a Comment