Thursday, September 13, 2012

Istri Rasullullah


SITI AISYAH

 
Istri Ke-Tiga dari Rasululloh SAW adalah Siti 'Aisyah Binti Abu Bakar As-Shiddiyq, Abdulloh bin Abi Quhafah, Utsman bin Amir, termasuk anak Ta'im bin Murrah. Sedangkan Ibunya adalah Ummu Rumman binti Umar dari Bani Kinanah.  Keluarga 'Aisyah RA termasuk keturunan Bani Taim yang dalam masyarakat Quraysy terkenal sebagai kaum yang dermawan, pemberani, jujur, dan berfikiran cerdas. Kaum wanitanya juga dikenal patuh, lemah lembut, dan bisa bergaul dengan siapapun.          Siti 'Aisyah RA dilahirkan Empat Tahun setelah Kenabian. Menikah dengan Rasululloh SAW pada Tahun Pertama Hijrah, beberapa bulan setelah Rasululloh SAW menikahi Saudah binti Zam'ah RA di Makkah.Ia telah hafal Al-Qur,an pada saat Rasululloh SAW masih hidup, dan ia pun telah meriwayatkan lebih dari 2200 hadits dari Rasululloh SAW. Pada saat Rasululloh SAW wafat, 'Aisyah RA masih berumur kurang lebih 18 Tahun.
      Habib, Maula dari Urwah RA berkata; "Ketika Khadijah RA wafat, Rasululloh SAW sangat berduka atasnya, lalu Alloh SWT mengutus Malaikat Jibril AS membawakan gambar 'Aisyah RA dan berkata: "Ya Rasulalloh, Inilah yang akan menghilangkan sekesedihanmu. Dia memiliki kualitas yang sama dengan Khadijah". Sejak saat itu, Rasululloh SAW lebih sering mengunjungi RA, dan suatu saat berkata kepada istri Abu Bakar RA; "Wahai Ummu Rumman, rawatlah 'Aisyah dengan baik dan jagalah ia untukku".
     Para 'Ulama Sirrah dan tarikh, seperti Ibnu Ishaq, Ibnu Hisyam, dan At-Thabrani RahimahumuLLOHU menyatakan bahwa, Rasululloh SAW meminang Aisyah sebagai pendamping hidupnya  lewa mimpinya. Sebagaimana Sabda Rasululloh SAW kepada 'Aisyah RA; "Aku bermimpi dalam tidurku selama tiga malam. Malaikat membawamu kepadaku di dalam kain sutra putih. Malaikat itu berkata; "Inilah istrimu". Maka aku singkapkan kain diwajahmu, ternyata wanita itu adalah engkau. Aku berkata, jika mimpi benar-benar datang dari Alloh, Dia akan membuatnya menjadi kenyataan".       
     Pada saat Khawlah binti Hakim RA  menyebutkan nama Siti "aisyah binti Abi Bakar RA yang akan ia lamar untuk Rasululloh SAW, wajah Rasul yang mulia terlihat cerah, karena mimpi yang berkah itu akan menjadi kenyataan, dan hal itu akan lebih mendekatkan dirinya kepada Sahabat yang paling dicintainya, yaitu Abu Bakar As-Shiddiyq RA.
     Rasul mengadakan Walimatul-'ursy pada saat Siti 'Aisyah RA berusia Sembilan Tahun di Rumah Abu Bakar RA yang terletak di perkampungan Bani Harits Al-Kahzraj, dan baru berhubungan sebagaimana layaknya Suami-Istri, ketika Siti 'Aisyah RA berumur Dua belas Tahun.
     Siti 'Aisyah RA berkata; "Rasululloh SAW menikahiku pada bulan Syawal dan menyempurnakan Pernikahan kamu pada Bulan Syawal pula. Tidak ada istri-istri Rasul yang lebih beruntung dari pada aku". Dari sinilah  Sit 'Aisyah binti Abi Bakar RA menganjurkan kepada para wanita Muslimah untuk menyempurnakan pernikahannya pada Bulan Syawal

B. Keutamaan Siti 'Aisyah Binti Abi Bakar RA     
1) Seorang istri yang Sangat Istimewa dalam kehidupan Suaminya.
           Dalam sebuah kesempatan, Siti 'Aisyah binti Abi Bakar RA pernah berkata kepada orang-orang yang bertanya kepadanya tentang keberadaannya sebagai Istri Rasululloh SAW. Ia berkata; "Ada Sepuluh kelebihanku dibandingkan istri-istri Rasululloh SAW lainnya". Orang-orang pun bertanya, "Apakah itu Wahai Ummul-Mu,miniyn?'. Siti 'Aisyah menjawab; 1) Rasul tidak menikahi seorang gadis kecuali diriku, 2) Rasul tidak menikahi seorang Wanita yang kedua orang tuanya termasuk qaum Muhajirin kecuali diriku, 3) Alloh Yang Maha Kuasa menyingkapkan kesucianku dari syurga, 4) Jibril AS membawa dari syurga gambarku di atas sutra dan berkata; "Nikahilah dia, dia adalah Istrimu, 5) Rasul dan aku mandi Jinabah dari bejana yang sama, dan Rasul tidak pernah melakukan hal ini dengan istri-istrinya selain diriku, 6) Rasul pernah sholat sementara aku berbaring dihadapannya, hal yang tidak pernah dilakukannya ketika bersama istrinya yang lain, 7) Wahyu turun ketika Rasul bersama diriku, dan tidak ketika bersama istrinya yang lain, 8) Alloh SWT memanggil ruhnya ketika Rasul berbaring di dadaku, 9) Rasul wafat pada malam yang menjadi hak giliranku, dan 10) Rasululloh SAW pun dikuburkan di rumah/kamarku.
     Abdulloh Ibnu Abbas RA pernah berkata kepada Siti 'Aisyah RA; "Alloh SWT telah menurunkan wahyu yang menerangkan tentang kesucianmu dar atas langit yang ketujuh (QS. An-Nur ayat 11-12, yang merupakan jawaban Alloh SWT atas kegalauan Rasul ketika terjadinya Khabar Kadzib), maka tidak ada satu Masjid pun yang disebutkan nama Alloh SWT di dalamnya, kecuali nama kesucianmu akan di bacakan di dalamnya sepanjang malam dan siang".
Dengan rendah hati Siti 'Aisyah menjawab; "Wahai Ibnu Abbas, tinggalkanlah aku sendiri dan hentikan pujianmu, Demi Alloh, aku sangat menginginkan menjadi seseorang yang dilupakan begitu saja".

2) Wanita Yang Paling Mencintai dan Dicintai Rasululloh SAW setelah Khadijah RA
            Sepeninggal Siti Khadijah RA, boleh jadi Siti 'Aisyah lah istri yang paling dicintai Rasululloh SAW.
Terdapat beberapa riwayat mengenai hal ini, seperti dalam riwayat Imam Tirmidzi, dikisahkan bahwa ada orang yang menghina Siti 'Aisyah RA dihadapan Amar bin Yasir RA. Amar pun langsung berseru; "Sungguh celaka dirimu! Engkau telah menghina istri kesayangan Rasululloh SAW".
Dalam riwayat lain, Ummu Salamah RA, salah seorang istri Rasul, berkata; "Demi Alloh. Dia lah manusia yang paling beliau (Rasululloh SAW) cintai selain ayahnya, Abu Bakar RA".
Bahkan Rasululloh SAW pun menghabiskan rasa sakit dan detik-detik akhir kehidupannya di rumah Siti 'Aisyah RA,, sehingga dengan penuh kebanggaan dan keharuan 'Aisyah berkata; "Merupakan kenikmatan bagiku karena Rasululloh SAW wafat dipangkuanku".
     Begitu pula dengan Siti 'Aisyah RA, ia adalah seorang istri yang paling mencintai Rasululloh SAW. Hal ini dapat di ma'lumi karena Rasululloh SAW merupakan cinta pertama dan terakhirnya. Karena Rasa cinta yang berlebihan inilah Siti Aisyah RA dikenal sebagai istri yang pencemburu, bahkan kecemburuan itu bukan hanya ditujukan kepada istri-istri yang masih hidup, namun jga kepada istri yang sudah wafat, yaitu Siti Khadijah RA.
      Diriwayatkan bahwa pada saat Aisyah RA mendengar mendengar khabar bahwa Rasululloh SAW ingin menikahi Ummu Salamah RA yang diketahuinya berwajah cantik. Ia langsung cemburu, karena khawatir rasa cinta Rasul beralih kepada Ummu Salamah. 'Aisyah pun mengungkapkan rasa cemburunya itu kepada istri Rasul yang lain, Siti Khafsah binti Umar RA. Mendengar hal itu, Khafshah pun cemburu, namun Siti Khafsah RA kemudian menenangkan Siti 'Aisyah RA, bahwa kecantikan Ummu Slamah RA akan segera pudar karena ia adalah seorang janda yang sudah berusia lanjut. Mendengar hal itu, Siti 'Aisyah pun menjadi tenang.
     Ketika turunnya QS. At-Tahrim ayat 66 yang berkaitan dengan Siti 'Aisyah dan Sit Khafshah RA, kepada Rasululloh SAW, Umar bin KLhattahb RA mengur putrinya; "Wahai Khafshah, janganlah engkau terpadaya jika gadis kecil yang menjadi madumu itu lebih cantik dan lebih dicintai Rasululloh SAW". Mendengar hal itu, Rasul pun tersenyum.   Dalam mendapatkan cinta Rasululloh kepadanya, siti 'Aisyah RA selalu maksimal dalam beribadah, berhias, dan memberikan kontribusinya kepada umat Islam, maka sangat wajar jika ia sangatlah takut akan kehilangan cinta Rasululloh SAW. Dalam satu kesempatan ia bertanya kepada Rasululloh SAW; "Ya Rasululloh, seperti apakah cintamu kepadaku?". Rasusulloh menjawab; "Seperti Simpul tali". 'Aisyah bertanya lagi, "Bagaimanakah simpul tali itu?". Rasul menjelaskan, "Simpul tali itu mengikat begitu erat'.

3) Kelebihan Siti 'Aisyah RA dari sisi Keilmuan dan Kezuhudannya
          Dalam sebuah riwayat, Rasululloh SAW pernah bersabda tentang Siti 'Aisyah RA; "Ambillah separuh (ajaran) Agamamu melalui 'Aisyah".
    'Urwah bin Zubayr RA berkata; "Aku belum pernah melihat seorang yang lebih mengetahui tentang persoalan sejarah, hukum dan ketabiban melebihi 'Aisyah RA".
    Dalam suatu kesempatan 'Urwah bertanya kepada Siti 'Aisyah RA, "Wahai ibunda, aku tidak heran tentang kedalaman pemahamanmu tentang Agama, aku tahu bahwa engkau istri Rasululloh SAW dan putri Abu Bakar. Aku pun tidak heran dengan pengetahuanmu tentang sya'ir dan sejarah Arab, tetapi aku heran dengan pengetahuanmu tentang Pengobatan, bagaimana bisa engkau mengetahui ilmu tersebut? Dari mana engkau peroleh?".
Siti 'Aisyah RA menepuk pundak Urwah seraya berkata; "Wahai 'Uriyyah (bentuk Tashgiyr dari lafadz 'Urwah, karena Siti 'aisyah RA adalah bibinya 'Urwah yang merupakan anak dari Zubayr RA yang menikah dengan Asma binti Abu Bakar RA), sesungguhnya Rasululloh SAW kerapkali menderita sakit menjelang akhir hayatnya, padahal utusan dan delegasi dari segala penjuru kerapkali datang menemuinya, maka akulah yang merawat dan mengobatinya, begitulah seterusnya".
     Masyruq RA pernah ditanya tentang keilmuan 'Aisyah RA, "Apakah 'Aisyah RA menguasai hukum Fara,idh (pembagian warisan)?'. Masyruq RA menjawab; "Demi Alloh yang jiwaku berada dalam genggamanNNYA, sungguh aku melihat para sahabat Nabi Muhammad SAW bertanya kepada 'Aisyah tentang hukum faro,idh".     Abu Musa Al-Asy'ari RA berkata; "Jika ada satu perkara yang sangat sulit bagi kami, lalu kami menjalankan jalan keluarnya kepada 'Aisyah RA, niscaya akan kami dapati ia memiliki pengetahuan tentangnya".
     Imam Az-Zuhri berkata; "Seandainya ilmu 'Aisyah RA dikumpulkan dengan seluruh ilmu Ummahatul-mu,miniyn lainnya, dan ilmu seluruh wanita, niscaya ilmu 'Aisyah RA lebih utama".    
     Mengenai kezuhudan Siti 'Aisyah RA, Urwah bin Zubayr RA berkata; "Mu'awiyah mengirim utusan kepada 'Aisyah RA sambil membawa 100.000 dirham untuknya. Demi Alloh, tidaklah matahari terbenam pada hari itu kecuali 'Aisyah RA telah membagikan harta itu seluruhnya". Dalam riwayat lain, Siti 'Aisyah berkata, bahwa Rasululloh SAW telah mengingatkannya; "Berhati-hatilah untuk duduk dengan orang yang kaya, dan janganlah mengganti pakaian sampai engkau benar-benar telah memperbaikinya". Dan dalam kesempatan lain, 'Aisyah pernah berkata; "Aku berharaf, jika wafat, aku bisa menjadi barang yang tidak berarti, serta dilupakan". 

C. Wafatnya Siti 'Aisyah binti Abu Bakar RA
           Sebelum wafat, 'Aisyah pernah berpesan kepada kaum muslimn yang menjenguknya, "Jika nanti aku telah dikafani dan diberi wewangian, hendaklah Dakhwan (budak milik 'Aisyah yang menjadi penjaga pintu rumahnya) menurunkan aku ke liang lahat dan menimbunkan tanah di atas jasadku. Setelah itu merdekakanlah Dakhwan".Salim Sablan Rhm berkata, "'Aisyah RA wafat pada malam 17 Ramadhan setelah sholat witir. Sebelumnya 'Aisyah RA memerintahkan kami untuk menguburnya pada malam itu juga. Orang-orang berkumpul untuk menghadiri pemakannya. Kami belum pernah melihat suatu malam ketika orang berkumpul lebih banyak daripada malam penguburannya. Bahkan penduduk Awali juga datang menghadirinya. 'Aisyah binti Abi Bakar RA dimakamkan di Baqi'".     Siti 'Aisyah RA wafat dalam Usia 66 tahun. Ia wafat Malam Selasa 17 Ramadhan tahun 58 H. Pada masa pemerintahan Khalifah Mu'awiyah bin Abi Sufyan.     Abu 'Atiq Rhm berkata; "Pada malam wafatnya 'Aisyah RA, aku melihat sebuah pohon korma di bungkus dengan kain buruk yang di basahi dengan minyak dan dibakar lau di bawa bersamanya pada malam itu, dan aku melihat begitu banyak kaum wanita di Baqi' seakan-akan hari itu adalah hari raya".

No comments:

Post a Comment