Langit, pukul lima sore, mengkerut, terkepung awan, menebal, merayap, menghitam, menggumpal, pejal, memikat harap, penantian, asa, di antara orang-orang yang tubuh dan otaknya telah lama menggeringsang, kering, keriting, kerontang, merindu hujan
Maka langit pukul lima sore itu menumpahkan isinya, air, dingin, menggelinggang, deras, leras, menyiram tanah, sawah, rumah, jalanan kota kita, tanaman-tanaman kita, asa penantian kita, dari merindu hujan
Maka Bandarlampung pukul lima sore itu, sumringah, dedah, merekah, seperti perawan ting ting yang sesah-desah disiram air pelantam pejantannya, hening, terpana, diam, terkesima, karena hati begitu menyorainya, sebab setelah lama penantian, dari merindu hujan, akhirnya ia tumpah juga di malam pertama, ini
No comments:
Post a Comment