Sebagai rukun Islam yang kelima, ibadah haji merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim yang memiliki kemampuan baik mengenai fisik, mental, dan juga biaya. Jika saja ibadah haji diwajibkan pada seluruh lapisan umat Islam, sudah pasti akan memberatkan bagi orang yang tak mampu melaksanakannya. Maka dari itu, seseorang yang dapat melaksanakan ibadah haji memiliki prestise tersendiri, karena tidak setiap orang dapat melaksanakan ibadah tahunan tersebut. Orang yang dapat melaksanakan ibadah haji dianggap sebagai kalangan atas yang memiliki kemampuan ekonomi di atas rata-rata. Karena begitu mahalnya ongkos naik haji yang mencapai kisaran puluhan juta rupiah, angka yang fantastis bagi sebagian besar masyarakat Indonesia yang mengalami kesulitan ekonomi. Bagi mereka – yang kurang kuat imannya – uang sebanyak itu mungkin lebih baik digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang menyangkut kelangsungan hidup mereka.
Meski biaya haji yang kerap meningkat setiap tahunnya, tetap tak
menyurutkan niat dan semangat umat Islam untuk berziarah ke tanah suci.
Terbukti, jumlah calon jamaah haji tahun ini mencapai 168.800 orang.
Angka itu terdiri dari haji reguler 155.200 dan haji khusus 13.600
jamaah. Hal ini menunjukkan bahwa antusias masyarakat Indonesia dalam
menunaikan ibadah haji tetap tinggi dan senantiasa meningkat, namun
sebagian besar merupakan jamaah yang pada tahun-tahun sebelumnya juga
melaksanakan rangkaian ibadah haji. Dengan kata lain, banyak di antara
mereka yang menjadi langganan haji dengan berangkat lebih dari sekali
dalam kurun waktu lima tahun. Secara tidak langsung menunjukkan status
ekonomi mereka yang di atas rata-rata. Sayangnya, tidak sedikit di
antara mereka yang terkesan membanggakan title haji
di depan nama mereka, bahkan banyak yang setelah pergi haji ingin
disebut sebagai “pak haji’ atau “bu haji” di lingkungan tempat mereka
tinggal. Karena mereka merasa kurang lengkap jika sebutan nama mereka
tidak dibarengi dengan kata “haji”. Fenomena tersebut memang tidak bisa
disalahkan adanya, karena memang sudah sifat manusia yang selalu ingin
mendapatkan perhatian dari sesamanya. Namun yang salah adalah seseorang
yang membangga-banggakan gelar hajinya tersebut. Seolah ia dapat
melaksanakan ibadah haji dengan kemampuan dan hartanya sendiri. Padahal
dalam kalimat talbiyah diucapkan “innal hamda wanni’mata laka” yang memiliki arti “segala puji dan nikmat bagi-mu”. Namun kenyataannya, banyak yang masih membanggakan dan terkesan sombong setelah melaksanakan ibadah haji.
Menunaikan ibadah haji bukanlah perkara mudah, diperlukan niat yang suci
dan hati yang bersih sebelum melaksanakannya. Haruslah diniatkan bahwa
ibadah haji semata-mata karena ingin mendapatkan ridha Illahi dengan
rangkaian ibadah yang dilaksanakan. Tapi faktanya, banyak yang sebelum
berangkat telah berniat untuk membawa bekal harta yang banyak untuk
berbelanja nantinya. Juga ada di antara mereka yang selalu membanggakan
barang belian mereka, dan mereka merasa tidak percaya diri jika tidak
membawa apa-apa saat pulang nanti. Dikhawatirkan mereka yang bersikap
demikian niatnya berubah untuk kepentingan duniawi saja, tidak murni
untuk kepentingan ukhrawi.
Harus disadari bahwa ibadah haji merupakan ritual ibadah yang sakral dan
tidak boleh main-main, karena jiwa dan raga seseorang yang melaksanakan
haji sepenuhnya dipasrahkan untuk berserah diri kepada Allah dengan
beribadah kepadanya. Tidak boleh sedikitpun ada niatan yang kotor di
dalam hati. Bahkan, melihat pengalaman dari banyak jamaah haji yang
telah melaksanakan ibadah haji, bahwa setiap kelakuan buruk di tanah air
akan ditampakkan di tanah haram.
Sehingga menjadi bahan introspeksi supaya hati menjadi lebih bersih,
dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi untuk ke depannya. Itulah yang
disebut dengan haji yang mabrur, yang dapat mengambil hikmah dari
perjalanan ke tanah haram. Kemudian selanjutnya menjadi insan yang
senantiasa berbuat ihsan.
Begitu banyak keutamaan-keutamaan dan juga pahala yang diperoleh dari
ibadah haji. Bahkan Rasul pernah bersabda bahwa tiada balasan bagi haji
yang mabrur kecuali surga. Selain itu, ketika seseorang meminta ampunan
kepada Allah di padang Arafah, maka Allah akan membebaskan dari segala
dosa dan juga api neraka. Sangat banyak keuntungan ketika melaksanakan
ibadah haji, karenanya jangan sampai niat suci kita tercemari oleh
perasaan angkuh, sikap hedonis, dan juga riya. Itu semua akan
menyebabkan ibadah haji yang dilaksanakan menjadi sia-sia dan tiada
nilainya di hadapan Allah SWT. Dengan kata lain, akan menjadikan
seseorang akan menjadi haji mardud atau ditolak amal ibadahnya, na’udzubillah min dzalik.
No comments:
Post a Comment