Saturday, April 7, 2012

MUKZIZAT AL QURAN


ALBERT EINSTEIN & GERAK DINAMIS MALAIKAT


Benarkah Jika kecepatan gerak Malaikat hanya sebatas perhitungan c², sebagaimana yang diteorikan oleh Albert Einstein?


Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. (QS 32:5)
Dengan silogisme yang sama Al Qur’an memberikan suatu bentuk landasan perhitungan asal muasalnya suatu materi.
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: KUN (Jadilah!) maka terjadilah ia. ( QS 36:82)
Ilmu pengetahuan dan matematika adalah suatu perpaduan yang hampir tidak terelakkan, matematika digunakan sebagai alat untuk kebernaran atau sebaliknya untuk menemukan sesuatu yang menurut perhitungan harus ada dan nyata.
Penyelidikan dan berbagai percobaan ilmiah akan membawa kita kepada pola berpikir positif, kita tidak akan mengetahuai apa hakekat dibalik perisitiwa atau fenomena alam, akan tetapi kita harus membatasi diri dengan menerangkannya dengan pertolongan rumus-rumus dalam ilmu pasti, salah satunya dengan menggunakan matematika.
Dengan rumus-rumus dalam ilmu pasti itu kita dapat menemukan pula hakekat sesuatu, misalnya elektron. Dengan pertolongan rumus kontraksi dari Fitzgerald-Lorentz dapat dibuktikan bahwa elektron bukanlah materi melainkan timbunan energi semata.
Para ahli filsafat sefaham dan sependapat bahwa pengetahuan tentang ilmu pasti yang pada umumnya hasil dari pada pengolahan abstraksi, diperoleh hanya dengan pertolongan proses-proses berpikir, tanpa pertolongan dari keadaan diluar kita.
Dengan pendekatan matematika pula kita bisa melakukan pendekatan akan pembuktian tentang kebesaran Tuhan. Adapun yang dapat dibuktikan dengan matematika ialah bahwa tiap-tiap sesuatu atau keadaan berasal dari Zat Mutlak (Absolute Substance) ialah Tuhan itu sendiri, dengan pemaparan ini mau tidak mau akan memaksa kita untuk mengakui adanya Tuhan.
Zat Mutlak adalah zat yang tidak mempunyai bagian dan kita bisa beri lambang dengan angka 0 dan sifat dari zat mutlak ini adalah mengisi seluruh ruang atau bahkan Maha Ruang yang tak terhingga sehingga bisa kita beri lambang ∞ yang berarti sesuatu yang tak terhingga besarnya.
Dengan lambang-lambang ini maka kita bisa membuktikan dengan matematika bahwa tiap-tiap keadaan diciptakan oleh Tuhan terdiri dari sesuatu yang tidak mempunyai bagian dan dalam jumlah yang tak terhingga. Sekarang kita ambil contoh angka 2 (yang mewakili suatu keadaan atau sesuatu), meskipun kita bisa juga mengganti dengan angka berapapun juga maka akan menghasilkan jawaban yang sama.
Apabila angka 2 ini kita bagi berturut-turut dengan pembagi yang makin lama makin kecil sampai pada pembagi yang terkecil yaitu angka 0, maka kita akan memperoleh hasil-hasil pembagian sebagai berikut :
2 : 3 = 2/3
2 : 2 = 1
2 : 1/4 = 8
2 : 1/1.000.000 = 2.000.000
2 : 0 = ∞
Coba anda perhatikan, semakin kecil angka pembagi makin besar pula hasilnya. Angka 0 merupakan lambang yang paling kecil sedangkan ∞ merupakan lambang jumlah yang tak dapat dihitung atau tak terhingga.
Apabila dua suku perbandingan yang terakhir kita kalikan dengan angka 0, maka akan kita peroleh :
(2 : 0) x 0 = ∞ x 0
2 = ∞ x 0
Dari perhitungan diatas kita bisa melihat bahwa tiap-tiap keadaan tersusun dari zat mutlak yang tak mempunyai bagian dan yang tidak dapat dihitung jumlahnya. Angka 2 atau angka berapa saja merepresentasikan sesuatu atau keadaan, jadi tiap-tiap sesuatu itu tercipta dari Zat Mutlak yang bersifat tak terbatas. (bukankah kita semua berasal dariNya ? dan bukankah semua juga akan kembali padaNya ?…)
Tiap-tiap keadaan seperti yang dimaksud diatas merupakan lambang keadaan yang bermacam jenis sifatnya, ada yang riil, relatif, theoritis, hypothetis dan pustulair.
Keadaan manakah yang dimaksud ?
Untuk menjawab pertanyaan ini maka mari kita pergunakan juga matematika dan dengan menggunakan formula kontraksi dari Fitzgerald-Lorent seperti dibawah ini :
m = mo/√(1-v²/c²)
m = Benda (massa) yang bergerak atau digerakkan,
mo= Benda dalam keadaan diam
v = kecepatan
c = kecepatan cahaya
Rumus ini adalah dasar dari teori relativitas Einstein. Sekarang mari kita bahas rumusan diatas.
Apabila M dan mo digerakkan dengan kecepatan cahaya (lambang v yang berarti kecepatan diberi nilai c yang mewakili kecepatan cahaya), maka hasilnya akan menjadi sebagai berikut :
m = mo/√(1-v²/c²)
m = mo/√(1-c²/c²)
m = mo/√(1-1)
m = mo/ √0
m = mo/0 = ∞
mo = 0 x ∞
Melihat perbandingan yang terakhir maka yang dimaksud dengan keadaan yang tersusun dari zat yang tak terhingga itu ialah mo atau benda diam (rest mass) yakni tiap-tiap keadaan materiil yang tidak bergerak. Seperti yang dibicarakan diatas, rumus ini adalah merupakan dasar dari rumus relativitas Einstein yang berpendapat bahwa massa relative sama nilainya dengan energi menurut rumus :
E = m.c²
E = Energi
m = massa relative
c = kecepatan cahaya
Menurut rumus ini, maka massa relative yang dikalikan dengan kecepatan sinar dalam kwadrat akan berubah menjadi energi. Tadi telah dibuktikan bahwa mo ialah keadaan materiil yang tidak digerakkan atau tidak bergerak (rest mass). Mengapa mo (rest mass) ini bila cukup digerakkan dengan kecepatan sinar saja bisa berubah menjadi 0 x ∞, sedangkan m (massa relative) harus dikalikan dengan kecepatan sinar dalam kwadrat untuk bisa berubah menjadi energi ?
Hal ini disebabkan karena mo (rest mass) bersifat materiil, sedangkan didalam m (massa relative) masih terdapat energi kinetis.
Kesimpulan dari kenyataan ini adalah bahwa yang membutuhkan c² bukan mo, melainkan energi kinetis. Jadi energi kinetis bukanlah energi tertinggi hal ini harus dipecahkan lagi untuk menjadi energi yang terakhir, yaitu E yang didapat oleh Einstein.
Oleh karena tiap-tiap sesuatu benda materiil tersusun dari Zat Mutlak menurut rumus mo = 0 x ∞, maka m terdiri dari 0 x ∞ ditambah dengan energi kinetis.
Energi kinetis yang digerakkan dengan kecepatan yang belum diketahui berubah menjadi E, dikurangi dengan 0 x ∞ menurut rumus berikut :
m – mo = Ek/c²
Ek = c² (m – mo)
Ek = mc² – mo
Ek= E – mo
E = Ek + mo
Oleh karena mo yang digerakkan dengan kecepatan c (kecepatan cahaya) sudah bisa berubah menjadi ∞ x 0, maka hal ini akan lebih cepat lagi terjadi pada kecepatan yang belum diketahui. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa :
E = Ek + (∞ x 0)
Ek yang digerakkan dengan kecepatan c² berubah juga menjadi E1 (energi), maka :
E = E1 + (∞ x 0)
E1 ini dapat diduga juga bahwa ia terdiri dari ∞ x 0 (bukankah tiap-tiap sesuatu terdiri dari ∞ x 0 ??…) maka E merupakan :
E = ∞ x 0 plus ∞ x 0
atau
E = ∞ x 0
E = Zat Mutlak = Energi Maha Suci (Actus Purus)
E = Tuhan….
Maka tiada energi yang tidak berasal dari Tuhan
Kalau kita perhatikan ayat tersebut (QS Assajadah [32]:5), tidak menunjukan berapa kecepatan sebenarnya dari Malaikat (yang membawa laporan segala urusan kepada Allah SWT).
Ayat tersebut hanya menunjukkan perbandingan waktu tempuh antara dimensi waktu kita dengan dimensi waktu “diluar” kita. Karena dimensi waktu kita terikat dengan gerakan rotasi bumi mengelilingi sumbunya dan gerakan rotasi timbal balik antara bumi dan matahari atau bumi dan bulan. Sementara diluar itu.
Contohnya, antara waktu di Bumi denan waktu di Jupiter, misalnya. Sudah sangat jauh selisih. Apa lagi kalau dibandingkan dengan waktu diluar Tata Surya kita, atau dengan waktu terjauh di Galaksi kita. Katakanlah waktu dan jarak tempuh bintang atau planet terluar dalam galaksi kita mengelilingi pusat galaksi. Belum lagi kalau kita bandingkan dengan galaksi-galaksi yang lebih besar lagi yang terletak ribuan, jutaan bahkan milyaran tahun chaya dari glaksi kita.
Menurut saya ( ini yang saya tangkap ), ayat tersebut adalah menunjukan jauhnya letak “pos” terjauh, yang merupakan “pos” terdekat dengan Allah (?), yang dapat dicapai oleh para malaikat dalam menyampaikan laporannya kepada Allah. Bukan tempat dimana Allah berada. Dan tidak pula menunjukkan kecepatan “terbang” malaikat pembawa urusan. Karena kalaulah kita asumsikan kecepatan terbang malaikat sama dengan kecepatan cahaya, maka jarak tempuh yang dilakukan malaikat atau jarak pos terjauh yang dicapai malaikat “hanya” berjarak +/- 6 quadrilliun km. Ini bukan merupakan tempat terjauh(Final frontier) dijagat raya.  Apakah benar kecepatan malaikat hanya sebatas kecepatan cahaya?. Kalau diayat yang lain menyatakan 50.000 tahun=1 hari, maka akan kita dapatkan jarak tempuh sejauh +/- 315.000 quadrilliun km (kalau kecepatnya sama dengan kecepatan cahaya). Ini juga bukan jarak yang terjauh di jagat raya kita. Karena jarak terjauh yang diperkirakan manusia adalah sekitar 13 milliyar tahun cahaya atau sekitar81.000.000.000.000.000.000.000 km (susah nyebutnya).
Sementara, katakanlah pos terdekat dengan Allah yang bisa dicapai malaikat, kecuali malaikat pemikul Arasy, adalah Shiddhratul Muntaha (tempat dimana Rasulullah terakhir ditemani Jibril ketika Mi’raj atau batas terakhir yang bisa dicapai Jibril dan merupakan tempat yang terdekat bagi malaikat Jibril untuk menghadap Allah). Yang jelas, tempat ini haruslah berada diluar batas akhir jagat raya. Pastilah lebih jauh dari 81 juta quadrilliun km. Untuk mencapai ujung jagat saja, maka setidaknya kecepatan malaikat haruslah paling kurang 410.000.000.000.000.000 kali kecepatan cahaya (untuk jarak tempuh 50000 tahun kita ) atau 21.000.000.000.000.000 kali kecepat cahaya (untuk jarak tempuh 1000 tahun kita). Kecepatan yang sulit dibayangkan oleh otak manusia yang hanya sebesar tempurung kepala. Jauh dari yang pernah dikhayalkan oleh pembuat film Star-Trek yang hanya bisa mengkhayalkan kecepatan USS Enterprise Serie D dengan kecepatan maksimum 9.9999 warp atau lebih kurang 100.000 kecepatan cahaya yang memerlukan 10 tahunwaktu tempuh untuk mencapai bintang yang “hanya” berjarak 2.000.000 tahun cahaya dari bumi.
Kalau kecepatan malaikat “hanya” secepat cahaya, maka untuk melewati ujung jagat saja mereka memerlukan waktu 13 milyar tahun. Urusan yang akan dilaporkan akan jadi kedaluarsa. Sebagaimana kita melihat cahaya bintang yang berjarak 1000 tahun cahaya dari kita. Yang kita lihat adalah cahaya bintang 1000 tahun yang lalu. Bukan cahayanya saat kita menengadah ke langit  (bukan cahaya real time ). Jadi sekali lagi, Surat Assajdah ayat 5 tidak menerangkan kecepatan tempuh malaikat, tetapi hanya mengidikasikan jarak tempuh relative malaikat ketempat terjauh (tempat terdekat dengan Allah yang diizinkan kepada malaikat) yang bisa dicapai olehnya dalam membawa laporan kepada Allah. Dengan kecepatan sekian, bisa ditempuh dalam 1000 tahun kita (atau satu hari pada dimensi waktu tertentu) atau kalau kecepatan tempuhnya berobah atau melalui dimensi waktu yang lain, waktunya tetap satu hari bagi mereka, tetapi perbandingannya 50000 tahun kita. Sejauh mana tempat tersebut, tergantung kepada secepat mana kecepatan tempuh malaikat. All these distances are beyond our mind. No one knows or not yet known.
Kecepatan malaikat?.  Sampai detik ini belum ada yang mengetahui secepat mana mereka. Memang ada hal-hal yang diluar jangkauan pikiran manuasia yang merupakan rahasia Allah semata. Tidak semua ayat Al-Quran bisa kita jabarkan dengan pengetahuan dan akal kita. Kita hanya bisa sami’na wa atho’na. Maha Besar Allah dengan segala ciptaanNya.

Koordinat S =(t, x, y, z) sehingga S’=(t’, x’, y’, z’)
\begin{cases} t' = \gamma \left(t - \frac{v x}{c^{2}} \right) \\ x' = \gamma (x - v t) \\ y' = y \\ z' = z  \end{cases}
Dimana sebagai \huge \gamma = \frac{1}{\sqrt{1 - \frac{v^2}{c^2}}}  faktor Lorentz dan c adalah kecepatan cahaya di ruang vakum.
 
sebelum mencapai “v menuju c”, malaikat harus menembus dinding ruang-waktu yang disebut barzakh(wormhole) yang terkoneksi ke menara langit. Pintu langit ini dijaga oleh malaikat
Kecuali siapa (di antara jinn) yang mencuri (pembicaraan), maka ia dikejar oleh suluh api (dari)(tsaaqib)lubang-lubang ruang-waktu (as shaaffaat 037,010).
Pengertian tsaaqib sebagai lubang ruang-waktu juga dapat dilihat di :
(yaitu) bintang yang membuat lubang(tsaaqib) ruang-waktu (ath thaariq 086,003).
Kemudian kita akan menghitung frame of reference atau cyberspace dari wormhole ini :
Malaikat-malaikat dan ruh naik (menghadap) kepada tuhan dalam sehari yang qadarnya adalah limapuluh ribu tahun (ma’aarij 070,004).
Di ayat ini dijelaskan tentang relativitas waktu :
Δt = Δto / akar(1-vkuadrat/ckuadrat)
(Dimana Δto adalah waktu dalam kerangka malaikat;
Δt adalah waktu dalam kerangka manusia;
v adalah kelajuan malaikat relative terhadap manusia):
Δto adalah waktu yang dialami malaikat (1 hari bumi).
Δt adalah waktu dalam takaran manusia (50.000 lunar years x12 lunar months/lunar year x 27.321661 days/lunar month).
v adalah kelajuan malaikat (yang akan kita hitung dan bandingkan dengan kelajuan cahaya).
c adalah kelajuan cahaya 299792,458 km/s, di luar medan gravitasi.
Dari persamaan di atas kita dapat mencari kelajuan malaikat:
v = c*akar(1-Δtokuadrat/Δtkuadrat)
v=c*akar(1-1kuadrat/(50000*12*27,321661)kuadrat)
v = c*0,9999999999999981
v = 299792.4579999994 km / s
Ini adalah kelajuan malaikat dan ruh yang mendekati kelajuan cahaya. Dan wormhole tercipta pada kelajuan ini.
Sungguh kami memberi kekuasaan baginya (dzu al qarnayn) di dalam bumi, dan kami memberikan nya (sababan)jalan (untuk mencapai) segala sesuatu (al kahfi 018,084).
Dan kalau kami membukakan di atas mereka wormhole dari langit, maka terus menerus di dalamnya mereka (ya’rujuun)naik (melaluinya) (al hijr 015,014). Bagi mereka berkata, “sungguh apa yang disilaukan (adalah) pandangan kami, bahkan kami (adalah) orang orang yang terpesona (sihir)” (al hijr 015,015).
Maka aku(allah) bersumpah dengan letak yang ditimpa(mawaaqi’i) bintang-bintang (al waaqi’ah 056,075). (waaqi’i) dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik (ma’aarij 070,003).
Agar aku berbuat kebajikan di dalam apa yang ditinggalkan. “Sekali-kali tidak! Sungguh itu adalah dalih yang diucapkannya saja” Dan dari hadapan mereka ada barzakh(cyberspace) sampai pada hari mereka dibangkitkan (al mu-minuun 023,100).
SUMBER: HANIFA

No comments:

Post a Comment