Jika saja keluarga memiliki jaminan asuransi kesehatan, mungkin
ceritanya berbeda. Beban ekonomi yang harus mereka tanggung untuk biaya
kesehatan akan berkurang.
Datangnya sakit atau
kecelakaan merupakan kejadian yang sering terjadi, walaupun tidak tahu
kapan waktunya. Karena itu, Anda harus membuat sebuah perencanaan untuk
mengatasi masalah tersebut, persis seperti kata pepatah “sedia payung
sebelum hujan”. Asuransi merupakan upaya memindahkan risiko yang akan
dihadapi seseorang pada masa mendatang untuk ditanggung pihak lain.
Pihak lain itu bisa perorangan ataupun lembaga.
Beruntunglah
Anda yang bekerja di suatu perusahaan atau instansi yang telah memiliki
program asuransi kesehatan sehingga sebagian risiko kesehatan dapat
dibantu dengan program tersebut. Sebaiknya jangan ragu merencanakan
membeli asuransi kesehatan.
Dengan membeli asuransi
kesehatan, besarnya pengeluaran untuk biaya kesehatan relatif stabil
karena besarnya biaya atau premi tahunan dapat dihitung pasti. Ini
mempermudah Anda mengatur pengeluaran dan mengurangi biaya-biaya tidak
terduga.
Manfaat asuransi kesehatan adalah membantu
ketersediaan dana jika peserta asuransi kesehatan terserang gangguan
kesehatan atau penyakit. Semua kebutuhan dari berobat ke dokter,
menginap (perawatan) di rumah sakit, biaya obat di rumah sakit, sampai
operasi dapat ditanggung perusahaan asuransi.
Belum Sadar
Sayangnya,
banyak orang Indonesia belum memiliki asuransi kesehatan. walaupun
banyak manfaatnya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), 55 persen
dari seluruh rakyat Indonesia belum memiliki jaminan sosial. Sebanyak 45
persen atau sekitar 76 juta sisanya adalah pegawai negeri dan swasta
yang sudah memiliki jaminan kesehatan masyarakat. Rinciannya, 16 juta
orang memiliki Asuransi Kesehata (Askes), 4 juta mengantongi Jamsostek, 3
juta mempunyai asurasi komersial, dan 2 juta anggota Jaminan Kesehatan
Daerah (Jamkesda).
Sebenarnya, masyarakat Indonesia mampu membeli proteksi asuransi karena suburnya pertumbuhan kelas menengah. Sayangnya, kesadaran asuransi mereka masih rendah. Perlu edukasi dan sosialisasi ekstra untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar peduli terhadap proteksi risiko
Menurut Bank Dunia, warga kelas menengah Indonesia memiliki rekor belanja yang fantastis. Belanja pakaian dan alas kaki pada 2010 mencapai Rp 113,4 triliun; belanja barang rumah tangga dan jasa mencapai Rp 194,4 triliun; belanja di luar negeri mencapai Rp 59 triliun; serta biaya transportasi Rp 238,6 triliun.
Artinya, dari sisi finansial sebenarnya mereka memiliki kemampuan cukup memadai. Namun dalam lima tahun terakhir, tingkat penetrasi asuransi jiwa terhadap penduduk Indonesia bisa dikatakan stagnan di level 13-15 persen. Jumlah pemegang polis hanya berkisar 35 juta, baik individual maupun kumpulan, dibandingkan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta.
Memang, masih banyak masyarakat yang membutuhkan berbagai informasi, keterangan, dan penjelasan yang mudah dan sederhana sebagai tahap awal agar mulai tertarik kepada Asuransi.
No comments:
Post a Comment