Thursday, September 13, 2012

Istri Rasullullah


SITI KHADIJAH


 
Abddulloh Ibnu Abbas RA berkata; "Namanya adalah Khadijah binti Khuwaylid bin Asad. Ibunya bernama Fathimah binti Zaydah bin Asamm".
     Sebelum ada yang menikahinya, Khadijah dipinang oleh Waraqah bin Nawfal, namun mereka tidak menikah. Kemudian, Khadijah dinikahi Abu Halah (Hindun bin Nabbash bin Zurarah bin Tamim). Ayah dari Abu Halah adalah seorang yang terkemuka dikaumnya. Ia tinggal di Makkah untu7k bersekutu dengan Bani Abdu Dar bin Qushay. Bani Quraysy diharuskan untuk menikah dengan sekutunya. Dari pernikahan dengan Abu Halah, Khadijah memiliki dua orang anak, yaitu Hindun dan Halah. Kemudian setelah suaminya (Abu Halah) wafat, Khadijah menikah lagi dengan Atiq bin Abid bin Abdullah dari Bani Makhzum. Dari pernikahan keduanya ini Khadijah dikaruniai anak Perempuan bernama Hindun, sehingga ia dikenal dengan panggilan "Ummu Hindun".
     Setelah suami keduanya wafat, Khadijah menutup dari dari semua laki-laki yang ingin melamarnya, dan konsentrasi kehidupannya diperuntukkan kepada Pekerjaan dan bisnis perdagangan sehingga ia terkenal sebagai seorang Perempuan Saudagar Kaya raya, cantik rupawan, berakhlaq mulia dan sering memberikan sedekan kepada orang yang membutuhkan, sehingga pada suatu hari ia mendengar khabar seorang Pemuda bernama Muhammad yang sangat Jujur, Amanah, dan mulia akhlaqnya, maka Khadijah pun mengirim utusannya yang bernama Maysaroh untuk menemui Muhammad dan menawari untuk pergi berniaga menjual harta dagangan ke Negeri Syam. Khadijah menawarkan gaji yang lebih besar daripada yang biasa ia berikan kepada pedagang lainnya, dan Muhammad SAW menerima tawaran itu dan akhirnya berangkat ke Syam bersama Maysaroh untuk menjual dagangan Khadijah.
Di tengah perjalanan, Muhammad SAW dan Maysaroh singgah dan berteduh di bawah sebatang pohon di dekat rumah ibadah seorang pendeta Nashrani. Dan ketika pendeta itu mengetahui Muhammad SAW ia bertanya kepada Maysaroh; "Siapakah laki-laki yang berteduh di bawah pohon itu?" Maysaroh menjawab: "Ia seorang laki-laki Quraysy, penduduk Baytal-Haram". Pendeta itu pun berkata; "Tiadalah yang singgah dan berteduh di bawah pohon itu, kecuali ia seorang Nabi".
     Sekembalinya dari Negeri Syam dengan membawa hasil keuntungan niaga yang lebih besar dua kali lipat dari biasanya, Maysaroh menceritakan tentang pertemuannya dengan Pendeta Nashrani tersebut kepada Khadijah, dan hal ini membuat Khadijah semakin tertarik kepada Muhammad SAW. lalu ia pun mengutus seorang sahabatnya yang bernama Nafisah binti Munayyah untuk menemui Muhammad SAW, dan melalui perantara utusannya itu, Khadijah menawarkan dirinya kepada Muhammad SAW untuk dilamar dan dinikahinya.
     Diriwayatkan dari Abdulloh Ibnu Abbas RA, bahwa Paman Khadijahlah 'Amru bin Asad yang menikahkan Khadijah dengan Muhammad SAW. Pada sa'at itu ayah Khadijah telah wafat pada saat terjadinya perang Fijar.
Nafisah binti Munayyah berkata: "Dari hasil perkawinannya dengan Muhammad SAW, Khadijah RA melahirkan 6 (Enam) orang anak, yaitu Qasim, Abdullah, Zaynab, Ruqayyah, dan Fatimah. Yang menjadi bidannya adalah Salmah. Jarak antara setiap anak adalah dua tahun. Khadijah yang mencarikan sendiri ibu susuan dari anak-anaknya itu dan ia mencarinya sebelum mereka lahir". Dan dari 6 orang anaknya, hanya empat putrinya saja yang tumbuh sampai dewasa, sedangkan Qasim dan Abdullah (yang dikenal dengan sebutan Thayyib dan Thohir) wafat ketika keduanya masih kecil dan belum mengenal Islam.

B. Keutamaan Siti Khadijah binti Khuwaylid RA
1) Orang yang Pertama Masuk Islam
          Setelah turunnya wahyu yang kedua kepada Rasululloh SAW, yaitu QS. Al-Mudattsir ayat 1-7, yang sekaligus merupakan perintah untuk berda'wah secara sembunyi-sembunyi. Maka tanpa keraguan sedikitpun Khadijah RA mengimani kenabian suaminya, Rasululloh SAW, membenarkan risalah Alloh SWT yang dibawa suaminya dan mendukung sepenuhnya dengan pengorbanan jiwa raga dan hartanya.
Siti 'Aisyah RA dan Nafi' bin Zubayr RA mengatakan; "Khadijah binti Khuwaylid adalah orang yang pertama memeluk Islam".

2) Pendamping Paling Setia di sa'at yang paling susah sekalipun
     Ketika kaum Kafir Quraysy melakukan pemboikotan terhadap Rasululloh SAW beserta Bani Hasyim dam Bani Abdul-Mutholib yang dianggap telah melindungi Rasululloh SAW. Khadijah RA tanpa keraguan sedikitpun selalu setia mendampingi Rasululloh SAW mengungsi dari Makkah menuju lembah-lembah bersama putra-putrinya menanggung penderitaan sebagai konsekuensi sebagai Istri dari hamba yang mengemban risalah Alloh SWT. Walaupun usianya bertambah lanjut, Khadijah seakan masih muda dengan tidak memperdulikan keadaan fisiknya selalu bersemangat menjadi teman berfikir, menghibur, dan pelipur lara suami tercinta. Selama tiga tahun Khadijah RA bersama Rasululloh SAW dan putra putri mereka tinggal di satu lembah ke lembah yang lain, dilalui dengan penuh kesabaran dan pengharafan keridloan Alloh SWT dan Suami tercinta.
      Karena Pengorbanan yang luar biasa ditunjukkan Siti Khadijah RA kepada suami tercintanya, Rasululloh SAW inilah, ia dimuliakan oleh Alloh SWTdilangit dan di bumi, sebagaimana Sabda Rasululloh SAW;
" Sebaik-baik wanita di langit dan di bumi adalah Maryam binti Imran, dan sebaik-baiknya Wanita di langit dan di bumi adalah Khadijah". (HR. Bukhori, Muslim, dan At-Tirmidzi)
     Dalam kesempatan lain Rasululloh pun bersabda:"Sesungguhnya Khadijah diberi kelebihan atas kaum wanita umatku sebagaimanaMaryam diberi kelebihan atas kaum wanita seluruh bumi". (HR. Muslim)
     Rasululloh SAW juga bersabda:
"Aku diperintahkan untuk memberi khabar gembira kepada Khadijah, bahwa ia akan memperoleh rumah yang terbuat dari mutiara yang di tata indah, didalamnya tidak terdapat kebisingan suara dan tidak ada keletihan akibat bekerja".
(HR. Muslim)

3) Kesempurnaan Sosok seorang Istri di Mata Suaminya
           Kesempurnaan sosok Siti Khadijah RA di mata suami tercinta, Rasululloh SAW, tampak nyata dari pujian-pujian yang diungkapkan oleh Rasululloh SAW walaupun Khadijah RA telah tiada, pujian2 yang belum pernah diungkapkan kepada istri-istri lainnya.
     Siti 'Aisyah binti Abu Bakar RA berkata: "Setiap kali Rasululloh SAW keluar rumah lalu beliau teringat akan Khadijah RA, maka pasti beliau mengucapkan sanjungan dan pujian kepadanya. Sehingga pada suatu hari ketika Rasululloh SAW memuji-muji Khadijah RA, timbullah rasa cemburu di hatiku, dan aku berkata; "Bukankah Khadijah itu seorang wanita tua, dan Alloh SWT telah memberikan pengganti yang lebih baik darinya?''. Mendengar ucapanku, seketika wajah Rasululloh berubah, dan beliau berkata: "Tidak, Demi ALLOH. ALLOH SWT tidak memberikan seorang pengganti yang lebih baik dari padanya. Ia telah beriman kepadaku pada saat orang lain mengingkariku, membenarkan ajaran yang aku emban pada saat  orang-orang mendustakanku. Khadijah telah membantuku dengan menginfakkan seluruh hartanya kepadaku pada saat semua orang tidak mau, dan Alloh telah meng-karuniai aku beberapa orang anak dari rahimnya yang tidak pernah diberikan oleh istri-istri lainnya". Aisyah RA berkata; "Maka aku berjanji dalam hati, sejak saat ini aku tidak akan melontarkan ucapan yang merendahkannya lagi".

C. Tahun Kesedihan 
          Siti Khadijah RA wafat meninggalkan suami dan anak-anak tercinta dan seluruh umat Islam yangsangat mencintainya, setelah hidup bersama Rasululloh SAW selama kurang lebih 25 Tahun dengan penuh kebahagiaan di saat suka maupun duka.
     Muhammad bin Shalih dan Abdurrohman bin Abdul-Aziz RA berkata: "Khadijah binti Khuwaylid RA wafat pada 20 Ramadhan, tiga tahun sebelum Hijrah. Pada saat itu Khadijah RA berusia 65 Tahun".
     Hakim bin Hizam RA berkata; "Khadijah binti Khuwaylid RA wafat pada bulan Ramadhan Tahun kesepuluh kenabian. Ia berusia 65 Tahun. Kami membawanya keluar dari rumah dan menguburkannya di Hajun. Rasululloh SAW masuk kedalam kuburannya. Pada saat itu kami belum diperintahkan menunaikan sholat Janazah".
     Siti Aisyah binti Abu Bakar RA berkata; "Khadijah RA wafat sebelum sholat diwajibkan atas kaum muslimin. Itu terjadi Tiga tahun sebelum Hijrah".
     Pada Tahun yang sama pula, Paman Rasululloh SAW yang sangat membela perjuangannya, yaitu Abu Thalib bin Abdul-Mutholib meninggal duniya pula. Oleh karena itulah tahun itu disebut oleh Rasululloh SAW sebagai Tahun Kesedihan ('AMMUL HUZNI)l

No comments:

Post a Comment