Wednesday, October 26, 2011

CALIGULA (PART 7)

PART 7



Caligula ditakdirkan tak mati akibat demam. Ia tetap sehat bugar, dan kembali memerintah kerajaan Romawi dengan gayanya sendiri. Suka pesta minum minuman keras. Seks bebas, serta menghukum sekehendaknya pada siapa saja yang membantah. Malah yang kelihatan agak kurang enak badan justru adiknya, yaitu Drussila.




Setelah kesembuhan itu, seperti hari-hari biasanya, malam itu, istana sedang menggelar pesta. Pesta malam ini agak berbeda dengan beberapa pesta sebelumnya. Sebab pesta yang digelar malam ini adalah pesta menunggu kelahiran bayi. Bayi yang bakal menjadi pengganti penguasa kerajaan Romawi.

Ya, Caesonia, Sang Permaisuri yang hamil besar, malam ini diperkirakan bakal melahirkan. Sebuah upacara besar sudah disiapkan. Wanita itu harus melewati prosesi kelahiran berdasar kebiasaan Romawi.

Sebuah ruang dengan kayu pancang berbentuk salib berdiri megah. Caesonia yang perutnya sudah mulas-mulas dibawa ke tiang itu. Wanita ini ditelanjangi. Nampak perutnya yang buncit. Ia dipapah masuk ke ruangan, dan mulai dinaikkan ke tiang pancang.

Kedua tangannya diikat di kayu salib. Dua kakinya direntangkan sehingga bagian intimnya terbuka lebar. Kaki itu diikat di tiang, dan ia dibiarkan mengaduh kesakitan menunggu keluarnya jabang bayi dari kandungannya.

Hampir semua elit politik hadir. Tak terkecuali Drussila, Sang Adik, yang agak kelihatan sakit, serta Caligula. Mereka menunggu dengan tenang. Yang hadir nampaknya sudah terbiasa melihat kesakitan orang melahirkan dengan cara dipasung seperti itu.

Ketika rintihan Caesonia menggema, yang hadir bertepuk tangan. Mereka memberi semangat. Seorang dukun bayi menyuruh agar Caesonia mengumpulkan dan mengerahkan tenaganya di wilayah bawah. Sedang Caligula, dengan gaya cueknya menerka dan menebak bayi yang bakal dilahirkannya.

Saat itulah terdengar tangis bayi. Bayi merah itu baru sebagian tubuhnya yang keluar dari rahim Caesonia. Seorang dukun bayi membantu mengeluarkannya, dan bayi itu ditentengnya. Setelah keluar dari kemaluan Caesonia, bayi dirawat di bawah kaki wanita ini, dan dibersihkan dari noda darah.

Melihat anaknya sudah lahir, Caligula dengan sikap gugup dan gembira mulai berteriak-teriak kegirangan. Ia menyebut pewaris tahta Romawi telah lahir. Ia adalah putra mahkota yang akan membawa Romawi dalam kejayaan.

Saat itulah Drussila meralat ucapan Caligula. Gadis ini dengan setengah berteriak bilang, bahwa bayi yang dilahirkan itu bukanlah putra, tetapi putri. Sebab memang itulah kenyataannya.

Caligula nampak terkejut. Ada mimik kecewa terhadap jenis kelamin bayi itu. Melihat perubahan wajah Sang Kakak, Drussila cepat tanggap. Ia langsung bilang, biar wanita, ia bisa menjadi pewaris tahta. Ia bisa menggantikan ayahnya untuk menjadi raja Romawi.

Kalimat Drussila itu membahagiakan Caligula. Raja pemarah itu tak lagi bersungut. Ia kembali bahagia. Ia berteriak-teriak kegirangan. Dengan lantang Caligula mengumumkan kerajaan Romawi bakal melakukan pesta besar-besaran untuk menyambut kelahiran jabang bayi itu.

Sabda pandita ratu. Yang terucap langsung direspons yang hadir. Dalam tempo cepat, keriuhan pesta pun berjalan. Hiruk-pikuk terjadi di dalam istana ini. Makanan dan minuman keras dihidangkan. Termasuk laki-laki telanjang dan perempuan bugil berserak di ruang itu. Pesta gila-gilaan terjadi. Dan adegan sodomi, oral seks, serta heteroseks pun memenuhi aula prosesi kelahiran itu.

Saat para elit politik kerajaan Romawi melakukan pesta massal itu, Drussila merasakan kepalanya pening. Tubuh gadis ini menggigil. Keringat bercucuran. Pakaian tipis warna putih yang dikenakan basah oleh keringat. Nampak guratan dari lekuk liku tubuhnya yang indah.

Gadis ini terduduk di ruang itu. Ia berusaha menghindar dari ruang pesta. Ia berusaha menguatkan diri agar tidak tampak sakit. Tapi kakinya sulit untuk diajak melangkah. Akhirnya ia pingsan. Gadis ini tak sadarkan diri di tengah keramaian suasana pesta yang meriah.

Caligula melihat kondisi Drussila yang mengkhawatirkan, langsung menghentikan pesta. Suaranya menggelegar di ruangan. Ia berteriak histeris. Ia menyuruh adiknya dibawa ke peraduannya. Ia menghentikan pesta. Dan seluruh tabib istana diperintahkan untuk merawat Drussila.

Drussila dibopong ramai-ramai ke kamar tidur raja. Gadis itu tubuhnya sudah lemas tak berdaya. Saat dibaringkan di kamar, gadis ini sudah sangat lemah. Dan yang menakutkan, ketika para tabib yang berusaha mengobati gadis ini ditanya Caligula, semuanya menggelengkan kepala.

Caligula panik. Ia duduk dan merangkul kepala adiknya. Ia melihat wajah Drussila sudah kepucatan. Matanya sayu, dan bibirnya melukis sesungging senyum. Seperti senyum ucapan selamat tinggal.

Saat Caligula menangis histeris, mata Drussila terbuka. Bibir gadis itu kelu. Ia tak mampu mengucapkan kata-kata. Senyumnya kembali mengembang. Tapi itu tak lama. Hanya sekejap. Setelah itu matanya terpejam, dan kepalanya lunglai. Drussila, adik Caligula yang merangkap kekasih, orangtua, dan guru etikanya itu menghembuskan nafas terakhir. Ia meninggalkan segalanya. (BERSAMBUNG)


No comments:

Post a Comment